🗓️ Dumai, 2 November 2025
✍️ Laporan: Tim Redaksi Aspirasi Masyarakat
Branding Politik
Menjelang tahun politik 2029–2030, pembahasan tentang pentingnya branding politik kembali menguat di berbagai wilayah, termasuk Kota Dumai secara khusus dan Provinsi Riau secara umum. Dalam kompetisi politik lima tahunan ini? baik Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) maupun Pileg (Pemilihan Legislatif), para pengamat menilai, citra politik yang kuat kini menjadi syarat mutlak bagi siapa pun yang ingin bertarung dan bertahan di panggung politik.
Menurut pengamat komunikasi politik asal Riau, H. Ihsan, M. Kom., branding politik bukan sekadar tampilan visual atau slogan, tetapi strategi menyeluruh untuk membangun persepsi publik yang positif.
“Politik modern menuntut kesadaran citra. Masyarakat sekarang tidak hanya menilai siapa yang populer, tapi siapa yang punya nilai, arah perjuangan dan konsistensi,” ujar Ihsan kepada tim aspirasi masyarakat, Ahad (2/11/2025).
Ia menjelaskan bahwa kekuatan branding politik terletak pada kemampuan calon dalam menyampaikan gagasan yang mudah dipahami masyarakat, serta menjaga kepercayaan publik melalui tindakan nyata dan komunikasi yang transparan.

Dumai dan Riau: Potensi Besar dan Tantangan Nyata
Di Kota Dumai, muncul sejumlah figur baru dari berbagai latar belakang, mulai dari pengusaha, akademisi, tokoh agama, hingga generasi muda aktivis. Namun, banyak di antara mereka masih kesulitan membangun nama di tengah persaingan politik yang semakin terbuka. Lemahnya manajemen citra dan kurangnya strategi komunikasi sering kali menjadi penghambat utama.
Sementara di tingkat Provinsi Riau, partai-partai politik besar telah mulai menggandeng konsultan komunikasi profesional untuk memperkuat branding calon legislatif dan kepala daerah menjelang Pemilu 2029–2030. Langkah ini dinilai sebagai bagian dari strategi adaptif terhadap perubahan perilaku pemilih di era digital.
“Dumai ini unik,” tambah Ihsan. “Pendekatan personal tetap menjadi kunci, tapi tanpa dukungan digital branding yang kuat, figur sulit menembus lapisan pemilih muda yang kini mendominasi.”
Kerugian Tanpa Konsultan Politik
Konsultan politik kini menjadi mitra penting bagi setiap calon. Mereka tidak hanya menyusun strategi kampanye, tetapi juga membantu membaca tren opini publik dan mengelola citra kandidat secara sistematis.
Menurut praktisi komunikasi politik dari Dumai dengan panggilan sehari-hari MAS, calon tanpa konsultan politik berisiko kehilangan arah komunikasi dan salah membaca dinamika pemilih.
“Banyak calon yang punya potensi besar, tapi kalah strategi. Mereka tidak tahu kapan harus muncul, bagaimana membangun narasi dan bagaimana mengelola isu. Akibatnya, popularitas naik-turun tanpa hasil konkret,” jelasnya.
Tanpa konsultan, calon juga rentan menghadapi kampanye negatif, kesalahan komunikasi publik, hingga pemborosan dana kampanye karena strategi yang tidak tepat sasaran.
Branding Politik Sebagai Investasi Jangka Panjang
Dalam konteks Dumai dan Riau, branding politik bukan sekadar pelengkap, tetapi investasi jangka panjang bagi siapa pun yang ingin serius berkecimpung di dunia politik. Calon dengan citra kuat, komunikasi terarah, dan strategi profesional akan lebih mudah membangun kepercayaan publik.
“Yang dipilih masyarakat bukan hanya orang yang dikenal, tapi yang dianggap mampu membawa perubahan nyata,” tutup MAS sambil tersenyum tanda optimis bahwa warga Dumai sudah cerdas memilih.
Pada akhirnya, kesuksesan politik tidak hanya ditentukan oleh dukungan partai, tetapi juga oleh kemampuan membangun brand politik yang kuat, jujur dan berkelanjutan, karena branding yang baik adalah fondasi dari kepercayaan rakyat.
Penulis : Dawit












