Masda, Sarjana Tanjung Palas yang Menemukan Arti Hidup di Luar Jalur Ijazah

Cerita Inspiratif

(Ilustrasi Kisah Masda by ChatGPT)

Dumai – Di tengah hiruk pikuk industri dan geliat ekonomi Kota Dumai, tak semua lulusan sarjana bisa langsung menapaki karier sesuai dengan latar belakang pendidikannya. Kisah ini dialami oleh Masda (bukan nama sebenarnya), seorang pemuda asal Kelurahan Tanjung Palas, Dumai Timur, yang bisa jadi mewakili ribuan alumni perguruan tinggi di Indonesia yang mengalami hal serupa.

Masda tumbuh di kawasan yang tak jauh dari komplek Refinery Unit II (RU II) atau PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), salah satu perusahaan terbesar di Dumai. Dengan latar belakang pendidikan teknik dan sejumlah sertifikasi pendukung, Masda sempat berharap bisa mengabdikan diri di perusahaan besar di kampung halamannya sendiri, namun nasib berkata lain.

“Sudah beberapa kali melamar ke perusahaan-perusahaan di Dumai, tapi belum ada rezeki,” ujar Mazda dengan senyum pasrah. “Awalnya sempat kecewa, tapi lama-lama saya sadar, mungkin rezeki saya bukan di sini.”

Dengan bekal semangat dan kemampuan adaptasi, Masda akhirnya memutuskan merantau ke daerah lain. Di sanalah ia menemukan pekerjaan, meski bidangnya jauh dari jurusan kuliahnya. Ia bekerja keras, belajar hal baru dan tetap bersyukur meski jalannya tak seperti yang dulu dibayangkan.

Kini, setelah beberapa tahun, Mazda kembali ke Dumai. Ia pulang bukan sebagai “sarjana yang gagal”, melainkan sebagai pribadi yang matang dan memahami arti kehidupan. Ia menyadari, bahwa pekerjaan tak selalu harus sejalan dengan jurusan dan kesuksesan tak harus diukur dari kesesuaian antara ijazah dan profesi.

“Yang penting kita tetap berbuat baik, kerja keras dan menikmati hidup apa adanya. Semua akan indah pada waktunya,” tuturnya menutup pembicaraan.

Kisah Masda hanyalah sekelumit dari realitas yang dihadapi banyak anak muda di Dumai dan daerah lain di Indonesia. Tak sedikit dari mereka yang berjuang menemukan tempatnya di dunia kerja, bukan karena kurang kemampuan, tetapi karena dinamika kesempatan yang tak selalu sejalan dengan harapan.

Namun satu hal yang pasti: dari setiap perjalanan, selalu ada pelajaran dan dari setiap keterbatasan, selalu ada ruang untuk tumbuh.

Penulis : Dawit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *