Dumai – Perilaku kambing yang cenderung mengambil atau memakan pakan milik kawannya merupakan fenomena yang erat kaitannya dengan dominasi sosial dan strategi adaptif dalam memperoleh makanan. Dalam kelompok, kambing hidup dalam struktur hierarki di mana individu dominan memiliki akses lebih baik terhadap pakan, sementara individu subordinat sering berusaha mendapatkan makanan dengan cara mencuri atau menyusup. Kondisi ini dapat dijelaskan melalui konsep kleptoparasitism, yaitu strategi memperoleh makanan dari individu lain untuk menghemat energi, khususnya saat ketersediaan pakan terbatas (Broom et al., 2004; Barroso et al., 2000).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa desain kandang dan ketersediaan palungan berpengaruh besar terhadap munculnya perilaku kompetitif. Jumlah tempat makan yang tidak seimbang dengan populasi kambing memicu antrean dan meningkatkan frekuensi konflik sosial. Dalam kondisi seperti ini, perilaku merebut pakan dari kawannya lebih sering diamati. Faktor individual seperti tingkat agresivitas, rasa ingin tahu (neofilia), maupun ketakutan terhadap hal baru (neofobia) juga memengaruhi seberapa besar kecenderungan kambing untuk melakukan perilaku tersebut (Jorgensen et al., 2007; Baciadonna et al., 2013).
Secara praktis, pemahaman terhadap dinamika sosial kambing memberikan dasar penting dalam pengelolaan peternakan. Strategi seperti menambah jumlah palungan, pemberian pakan yang merata, serta pemisahan kelompok berdasarkan ukuran tubuh atau status dominansi dapat mengurangi persaingan tidak sehat. Dengan demikian, pengetahuan tentang perilaku sosial kambing tidak hanya bermanfaat bagi kajian etologi, tetapi juga berkontribusi langsung pada peningkatan efisiensi produksi dan kesejahteraan hewan (Shrader et al., 2007).
Bagi masyarakat yang berminat untuk memelihara atau membeli kambing dengan kualitas baik, untuk aqiqah, qurban, baik jantan atau betina, dapat langsung menghubungi “Widi Farm”, milik Pak Wiyoto yang berlokasi di Tanjung Palas melalui nomor HP 0813-7849-6315.
Referensi
Baciadonna, L., Briefer, E. F., & McElligott, A. G. (2013). Goats favour personal over social information in an experimental foraging task. PeerJ, 1, e172. https://doi.org/10.7717/peerj.172
Barroso, F. G., Alados, C. L., & Boza, J. (2000). Social hierarchy in the domestic goat: Effect on food habits. Applied Animal Behaviour Science, 69(1), 35–53. https://doi.org/10.1016/S0168-1591(00)00117-6
Broom, M., Luther, R. M., & Ruxton, G. D. (2004). Kleptoparasitism: Models of adaptive behaviour. Behavioral Ecology, 15(3), 351–360. https://doi.org/10.1093/beheco/arh022
Jørgensen, G. H. M., Andersen, I. L., & Bøe, K. E. (2007). Feed intake and social interactions in dairy goats—The effect of the number of animals per feeding place. Applied Animal Behaviour Science, 107(3–4), 239–251. https://doi.org/10.1016/j.applanim.2006.10.016
Shrader, A. M., Kerley, G. I. H., & Kotler, B. P. (2007). Do free-ranging domestic goats show ‘patch depression’? Evidence for foraging strategies in a competitive environment. Journal of Ethology, 25, 201–208. https://doi.org/10.1007/s10164-006-0022-1
Penyusun : Dawit