MAKNA TAHUN 1720 DAN 1824 DI REMPANG

Oleh ; NURI CHE SHIDDIQ (Sejarawan dan Budayawan Melayu Indonesia)

Jembatan Barelang (Piteres)
banner 120x600

Kepulauan Riau – Sebenarnya mereka menyebut tentang 2 momentum tahun yang sebenarnya menjadi asas kebangkitan kedaulatan kita melayu bagian kepulauan ini yang kini notabene berada dalam batas teritorial Indonesia. Mereka yang tinggal disana itukan kaum persukuan orang orang lau yang sejak beribu tahun lalu telah mendiami kawasan kepulauan ini bahkan jauh sebelum Sri wijaya ada.

Mereka ini orang orang setia pada raja raja melayu dari zaman berzaman.

Lantas kenapa 2 tahun ini yang mereka kenang ini adalah 2 Tahun sebagai momentum peringatan Kewujudan mereka menjadi bagian terpenting kembali dalam Kerajaan Melayu.

Pulau Rempang (Alchetro)

Tahun 1720, ini adalah dimana tahun kebangkitan Melayu ketika trah Sultan Mahmud Syah II di Johor mati di bunuh oleh Megat Sri Rama yang terkenal dengan sebutannya RAJA ALIM RAJA DISEMBAH RAJA ZALIM RAJA DISANGGAH.

Ketika Sultan meninggal dunia tidak meninggalkan zuriat atau ahli waris maka sesuai Tata Adat Melayu bahwa dalam 40 hari tidak ada ahli waris maka Bendahara Berhak diangkat menggantikan Sultan. Inilah yang kemudian di kenal JOHOR DINASTI TRAH BENDAHARA atau yang dikenal pengganti TRAH MALAKA.

Dengan dilantiknya Bendahara Tun Habib menjadi Sultan, maka orang orang suku laut yang merupakan Armadha Angkatan Laut Kerajaan menyatakan tidak mau mengabdi lagi dengan Sultan Dinasti Bendahara. Maka saat itu mereka sudah banyak menetap kembali kekampung kampungnya di galang dan dimana daerah lainnya.

Pada tahun 1720 muncullah seorang anak raja yang bernama RAJA KECIL dia mengaku sebagai Trah Sultan Mahmud Syah II sebagai Trah terakhir Malaka, maka oleh orang orang diminta buktikan kalau benar ia anak raja. Maka dibuktikanlah beberapa pembuktian bahwa RAJA KECIL benar anak Raja, maka saat itu orang orang Suku Laut yang terkenal kesetiaannya pada Raja Melayu kembali mendukung Raja Kecil sebagai Sultan Johor berhasil merebut kekuasaan Raja Kecil diangkat menjadi Sultan. Maka sejak saat itu orang orang suku laut mendapatkan kembali kedudukannya sebagai Armada Angkatan Laut Kerajaan, dan Raja kecil memindahkan pusat Kerajaan Johor ke Tanjung Pinang.

RAJA KECIL inilah bersama sama orang orang suku laut ini yang kemudian mendirikan kerajaan SIAK yang sekarang.  Itulah kenapa momentum 1720 mereka orang-orang Rempang sebutkan. Bukan mereka mulai tinggal disitu. Kalau tinggal tak ada yang lebih asli dari kita semua dimuka bumi ini selain mereka orang – orang Galang itu. Itulah memang tempat tinggal mereka entah dari Tahun berapa sebelum masehi.

Jangan ditanya itu tak sampai titik penelitian manusia karna itu akan kembali nanti kita pada asal mula kejadian. Bingung peneliti barat kalau kita peneliti sejarah disini bukan bingung nanti orang barat bilang kita gila. Tapi padahal itulah hakekatnya, makanya orang orang ini tetap harus bertahan disana sampai ada satu titik mereka dapat dijabarkan tentang jati dirinya. Biarkan mereka sebagai bukti nyata sebuah peradaban, boleh tanya seluruh peneliti dunia sepakat tidak peneliti sejarah diseluruh dunia untuk menyatakan kaum Suku Galang sebagai warisan dunia.

Cuma kan pemerintah kita seperti Rudi dan Ansar Ahmad ini orang yang tak punya rasa, jiwa, hati nurani tentang mencintai, menghargai, menghormati, serta mengayomi dan melindungi budaya asli yang merupakan identitas utama.

Jangan pandang mereka sebelah mata, bahkan raja raja yang berdaulat dan penuh keramat zaman dulu saja tak berani tak menghormati dan menghargai mereka. Karena apa? Mereka ini orang lurus tak tau ingkar kesetiaannya teruji berabad abad.

Bahkan kakek saya dulu berpesan, “Jangan, jangan diganggu orang Galang tu, petake nanti”. Karna memang betul kata kakek saya dulu kalau kita ganggu ya jelas kita salah. Salah apa mereka sampai kita harus ganggu mereka, mereka tak mengganggu orang sembarangan. Bahkan untuk kita Bangsa Melayu mereka ini orang paling setia zaman berzaman.

Ini juga yang saya tersentak dengan statmen Panglima TNi yang akan menurunkan pasukan untuk memiting mereka. Andaikan bapak baca berita ini saya sampaikan kepada Bapak Laksamana dengan segala hormat, “Orang Galang ini adalah nenek moyang Angkatan Laut Nusantara, Pak Panglima.

Andaikan sejarah angkatan laut menguraikan tentang kelaksamanaan maka wajib mereka diakui sebagai NENEK MOYANG ANGKATAN LAUT karna gelar LAKSAMANA itu adalah gelar pemimpin tertinggi mereka kepala Panglima Perang Kesultanan Melayu.

Mohon jangan kerasi mereka Pak Panglima, karna sungguh nenek moyang mereka itu Angkatan Laut yang namanya besar menggaung seantero dunia ketika dulu. Bahkan pasukan Kubilai Khan yang diceritakan oleh Kartawijaya Raja Singosari “Pasukan Kubilai Khan bagaikan air bah aku hadang.

Dari kawasan Kepulauan Melayu inilah mereka hadang di bukit Bemdera (Pulau Bintan) digerbang singa (Singapura). Inilah basis pertahanan utama benteng Nusantara Raya.

Kemudian 1824, ini yang paling menarik kenapa 1824, ini adalah masa dimana Treaty of London atau yang dikenal Traktat London dibuat oleh Inggris dan Belanda, maka terbelahlah 2 bagian satu kerajaan melayu yang sudah lebih 600 tahun  berkuasa. Sebelah semenanjung dibawah Johor dan Kepulauan Melayu dibawah Riau. Ini yang menariknya mereka ini dibawah siapa?

Johor menguasai seluruh Singapura dan tanah besar Johor serta pulau Bulang sebagai Pusat kekuasaan adatnya. Maka orang orang Suku Laut ini harus diakui letak daulat berajanya adalah pada Johor. Mereka orang orang yang berada pada kekuasaan Johor, namun ketika masuk ke alam kemerdekaan pada saat kita menggabungkan diri pada Indonesia dari tahun 1948 dan 1949 makanya kita harus apresiasi mereka ini. Kalau tidak, bisa kita pastikan kalau mereka tidak mau ikut kita saat itu sampai hari ini Rempang, Galang, Pulau Bulang adalah masuk wilayah Johor, Itu fakta.

Kadang kalau dilihat sekarang kondisi mereka begini, Saya selaku anak asli Kepulauan Riau dan Peneliti sejarah budaya sedih. Begini sekali negara ini memperlakukan mereka. Andaikan waktu itu mereka memilih bergabung dengan Johor tentu mereka taklah dibeginikan oleh indonesia.

Maka dari awal saya katakan hargailah mereka. Percayalah.! Saya katakan Petaka akan datang, Percayalah satu saat nanti. ini kakek moyang saya pesan dari turun temurun jangan jangan sakiti orang Galang. Jangan.! Mereka orang baik, mereka orang lurus.

Terus terang ketika mengurai sejarah mereka ini saya ingin menitikkan air mata. Dari dulu tak pernah kita beri mereka bahagia hanya perang perang dan perang zaman berzaman kita berikan pada mereka. Baru merdeka ikut indonesia sudah datang pengungsi Vietnam. Pulang orang Vietnam, baru mau menikmati naik motor lewat jembatan ke Batam, ekarang sudah mau diusir. Sungguh tragis . Saya hanya bisa menghimbau dan menceritakan sebenar benarnya cerita.

Masih lagi ada surat Penghargaan Sultan ibrahim Sultan Johor kepada Batin Temiang, penerus dari Panglima Galang yang mati dibunuh Inggris masa penyerangan Inggris ke Galang.

Semoga penghargaan berimabang dapat kita berikan kepada mereka tak kita pandang pahlawan kemerdekaan kita pandanglah mereka sebagai sesama manusia yang hanya ingin bertanah air satu tamah air indonesia.

Jika Rudi yang berdarah campuran Cina, dan Ansar yang berdarah campuran India tak bisa menghargai mereka lantas siapa lagi bangsa Indonesia asli ini yang mau menghargai mereka.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *